Jadi, aku sudah beberapa kali nyambi jadi host Airbnb di beberapa kota—dari Jogja yang tenang sampai kota pelabuhan yang selalu berisik. Setiap kota itu punya karakternya sendiri: aroma kopi di pagi hari, pesta kembang api di malam Lebaran, atau tetangga yang tiba-tiba ikut nimbrung ngobrol. Artikel ini bukan panduan ilmiah, lebih curhatan plus tips praktis yang aku pelajari lewat salah langkah dan beberapa keberuntungan kecil.
Sewa: Pilih Lokasi dan Kontrak dengan Hati
Pertama-tama, pilih lokasi yang masuk akal buat tamu. Dekat transportasi umum, tempat makan, atau spot wisata biasanya laku. Tapi jangan tergoda harga murah kalau lingkungan nggak mendukung—kenalan dulu sama RT/RW, tanya suara malam seperti apa, serta cek akses parkir. Pernah aku sewa unit di gang sempit; fotonya cakep, tapi saat tamu bawa koper besar, mereka hampir nangis karena harus muter 15 menit cari parkir. Lesson learned: foto itu penting, tapi jalan masuk juga.
Dalam kontrak, masukkan poin tentang perawatan, siapa yang bertanggung jawab kalau ada kerusakan besar, dan aturan sewa jangka panjang vs pendek. Kalau kamu nggak tinggal di kota itu, pastikan pemilik properti paham kalau kamu akan menyewakan sebagai Airbnb—paperwork clear bisa mencegah drama tetangga atau masalah hukum nantinya.
Rawat: Kebersihan, Perawatan Rutin, dan Sentuhan Lokal
Kebersihan adalah raja—tapi bukan cuma bersih secara visual, melainkan juga feel-nya. Bau tak sedap bisa bikin review jelek dalam sekejap. Investasi di layanan laundry lokal yang terpercaya untuk linen, dan punya checklist kebersihan yang ketat buat cleaner. Aku selalu taruh kotak P3K kecil, senter, dan colokan ekstension cadangan. Kecil? Iya. Tapi pernah tamu kecele karena cuma ada satu colokan listrik di kamar: nota mental, lebih banyak colokan = lebih sedikit DM panik jam 2 pagi.
Untuk perawatan, buat jadwal rutin: ganti filter AC tiap 3 bulan, cek pipa, dan service water heater sebelum musim hujan. Di beberapa kota, tukang lokal bisa jadi penyelamat — simpan nomor mereka di daftar emergency. Sentuhan lokal juga penting: sarung bantal batik, peta kuliner warung kaki lima terdekat, atau secangkir kopi lokal dalam welcome basket. Itu bikin tamu senyum, sering berujung review “ngekosan tapi kayak rumah nenek” (yang ini komplimen, ya).
Kelola: Komunikasi, Check-in, dan Tim Lokal — Gimana Caranya?
Kalau kamu ngelola properti lintas kota, otomatis butuh tim lokal. Aku pakai kombinasi cleaner, handyman, dan satu orang “co-host” yang bisa nge-handle check-in manual kalau self-check-in error. Untuk manajemen listing dan calendar, ada banyak alat yang membantu, tapi jangan lupa: komunikasi personal tetap nomor satu. Balas pesan tamu dengan hangat, jelasin akses dan aturan rumah secara singkat tapi jelas.
Jika kamu mau lebih rapi, coba platform manajemen pihak ketiga—aku pernah coba yang multifungsi dan bantu atur harga, cleaning, dan signaling early check-in. Oh iya, kalau butuh referensi layanan manajemen yang cukup memudahkan, pernah juga pakai anchorbnb untuk coba-coba, hasilnya lumayan membantu jaga stabilitas operasional saat aku lagi di luar kota.
Apa yang Harus Disiapkan untuk Hal Tak Terduga?
Di sini biasanya muncul cerita lucu: tamu lupa bawa pasta gigi (aku jadi apotek darurat), tetangga protes soal musik (solusi: pasang noise maker di deskripsi rumah), atau ada kejadian satwa lokal nyasar—di Bali, pernah kera masuk balkon, tamu panik, aku ikut panik, kera akhirnya pulang sendiri setelah suguhan pisang (ya Tuhan, sampai sekarang aku ketawa keringing ingat ekspresi tamunya).
Siapkan dana darurat kecil, daftar nomor penting, dan protokol untuk setiap skenario: kebakaran, banjir, atau tamu kehilangan barang. Juga, selalu minta foto identitas tamu saat booking, supaya kalau ada masalah administrasinya gampang.
Menjadi host antar kota itu seru sekaligus melelahkan. Tapi setiap review bintang lima atau ucapan terima kasih bikin semuanya terasa worth it. Kalau kamu mulai dari kecil, pelan-pelan bangun tim lokal, dan pelihara hubungan baik sama tetangga, insyaallah nanti cerita kocakmu sendiri bakal jadi bahan curhat yang manis — kayak aku sekarang. Selamat nyambi jadi host, semoga unitmu selalu penuh dan tamunya selalu pulang dengan senyum.